Wednesday, June 20, 2018

Dapatkah Manusia Hidup “Tanpa” Otak?

Otak merupakan salah satu organ tubuh penting pada manusia. Lantas, apakah manusia bisa hidup tanpa otak? 

Pada kasus anencephalykelainan pertumbuhan dari dalam kandungan yang menyebabkan tidak terbentuknya otak dan tengkorak, bayi biasanya hanya dapat bertahan dalam hitungan hari.




Kemudian kita juga sering mendengar istilah “mati batang otak”, yaitu keadaan di mana otak kehilangan semua fungsinya dan tidak dapat diperbaiki. Pada keadaan itu, gelombang otak pun tidak lagi dapat dideteksi. Kehidupan sepenuhnya ditopang oleh mesin ventilator, yang membantu mempertahankan fungsi jantung dan paru, sehingga secara medis sebenarnya orang tersebut sudah meninggal.
Selain dua contoh di atas, ada kasus di mana manusia bisa hidup “tanpa” otak. “Tanpa” di sini diberi tanda kutip karena pada kasus-kasus berikut, otak tidak absen sama sekali, tapi keberadaannya antara ada dan tiada.
seorang laki-laki berusia 44 tahun dari Perancis, menunjukkan rongga kepala yang didominasi oleh rongga kosong berisi cairan dan hanya selapis tipis jaringan otak. Dengan kata lain, sebagian besar otaknya tidak ada! Namun lelaki tersebut dapat hidup relatif normal, memiliki IQ 75 (di bawah rerata populasi, 100), bekerja sebagai pegawai negeri sipil, menikah, dan memiliki dua anak.
Kasus lain menunjukkan absennya otak kecil (cerebellum) pada seorang perempuan berusia 24 tahun dari Cina. Cerebellum mengontrol gerak dan keseimbangan tubuh, juga berperan pada kemampuan gerak motorik dan wicara. Sewajarnya, perempuan tersebut pun ternyata mulai berjalan pada usia 7 tahun, dan pembicaraannya baru dapat dipahami ketika dia berusia 6 tahun, jauh lebih lambat dibandingkan kebanyakan orang. Pada pasien itu, rongga yang tempat otak kecil terisi oleh cairan serebrospinal.
Kedua kasus di atas ditemukan secara tidak sengaja. Pada kasus pertama, dokter merekomendasikan CT-scan dan MRI setelah pria Perancis tersebut mengeluhkan ada masalah pada kakinya. Hal yang serupa terjadi pada kasus kedua, di mana perempuan tanpa otak kecil itu pada awalnya hanya mengeluhkan pusing dan mual. Tampaknya fungsi bagian otak yang cedera, atau bahkan hilang, dapat diambil alih oleh bagian otak yang lain, dalam rentang waktu yang lama. Penemuan semacam ini menunjukkan dengan penanganan yang tepat, setelah cedera pun, otak mampu beradaptasi dan setidaknya mengembalikan fungsi minimalnya dengan bagian yang tersisa.
Maka dari itu fungsi otak adalah sangat penting dalam tubuh manusia,demi untuk menjaga fungsi otak dalam keadaan baik dan sehat selalu,sangat di anjurkan oleh para dokter dalam fakultas kedokteran UK ARIZONA agar mengkomsumsi MORINGA OLEIFERA atau yang di kenal di INDONESIA sebagai Tanaman DAUN KELOR.

Moringa Oleifera atau daun kelor ini telah di kenal selama berabad - abad sebagai tanaman yang memiliki khasiat luar biasa yang memiliki banyak sekali manfaatnya,bahkan dunia kedokteran di INGGRIS dan GERMAN sepakat dengan dunia pengobatan herbal dari pakar herbal tiongkok dan pengobatan traditional INDIA yang menyatakan bahwa tanaman daun kelor (moringa oleifera) ini dapat mengobati 300 jenis penyakit.

Dengan berbagai manfaat dan khasiat tersebut dan di tambah dengan ilmu pengobatan yang teruji selama ribuan tahun maka kini Moringa Oleifera/Daun Kelor di kemas dalam bentuk yang lebih modern dan praktis dengan teknik pembuatan dan pengemasan yang higienis untuk menjaga dan meningkatkan khasiat yang di miliki oleh tanaman ini kelor.ini.

Super Organic Food (SOF) namanya,kini hadir untuk memenuhi kebutuhan dan untuk menjaga kesehatan masyarakat moderen saat ini di mana mana terdapat banyak sekali penyakit/sumber penyakit di sekitar kita.dengan mengkomsumsi SOF secara rutin setiap hari maka kesehatan anda akan lebih terjaga dan hari - harinya akan menjadi lebih berkualitas dan produktif.(dr Naila Spd.)

Info pemesanan Super Organic Food melalui :
Hotline : 081-161-99488